Kamis, 09 Agustus 2012

BERTANI YANG MONOTON

Cara bertani pada desa-desa yang ada di tiga binanga memang cukup menghasilkan produk dengan kualitas yang cukup baik. Saya juga pernah merasakan yang namanya keladang dengan panasnya matahari.
      Dulu saya pernah coba menanam tembakau yah walaupun sedikit tetapi Saya cukup berbangga karena mendapat harga no.2 (arti dalam kelas harga) Saya merasa senang karena hasil potongan saya cukup memuaskan untuk orang yang baru menggeluti mengiris daun tembakau karena saya besar di Jakarta.
      Yang saya tangkap selama saya ikut bertani yaitu cara bertani/berladang yang monoton walaupun tidak semua petani di sana begitu. Contoh orang menanam tembakau harus menunggu saat yang tepat atau cuaca yang bagus dengan alasan pengairan, padahal jaman sekarang sudah ada mesin pompa air.
       Saya pernah ke daerah tebing (kampung pon) disana tersedia alat pemanen padi jadi dengan waktu yang efisien mereka dapat memanen dengan hasil yang maximal. mereka lebih terbuka dengan teknologi walau kadang teknologi berdampak negatif.
       Saya pernah disuruh orang tua menjaga burung di sawah dan hasilnya saya mendapat suara yang serak karena sering berkomunikasi dengan burung he..he.., jadi saya berfikir untuk menempatkan sebuah meriam bambu untuk mengusir burung tanpa berteriak. ternyata berhasil dan burung tersebut lari tanpa kembali lagi dalam waktu yang cukup lama. ide sederhana tetapi efektif.
         Yang saya heran kenapa teknologi belum maximal di desa padahal penyuluhan pertanian rutin dilakukan pemerintah kita, apakah informasi yang kurang lengkap?  nah saya bermaksud membantu berbagi info bila ada tehnologi pertanian. Semoga pertanian di desa kita semakin maju dan kehidupan makin berkembang, jadi jangan ragu untuk bertanya disini mudah-mudahan kita dapat membantu.Terimakasih.
   

Tidak ada komentar: